JOKOWI,MEMBUKA
SUASANA BARU (ISI LENGKAPNYA BUKA HALAMAN QOMARUDDIN CH KH SYAI'I).
GUBERNUR KDKI JAKARTA, JOKOWI,
disambut meriah oleh pendukungnya, yang menyaksikan langsung maupun
melalui media elektronik. Penyambutan itu sebuah kewajaran, bagi para
pendukungnya. Kini, menjadi gerak langkah, setelah menjadi orang nomor satu di
Pemda DKI Jakarta, sang Gubernur, memahami, bahwa jabatan yang disandangnya,
bukan tujuan. Tapi lapangan perjuangan, yang merupakan tugas dan amanat rakyat
Jakarta yang memilihnya. Ini amanah. Ya amanah. Paling tidak merealisasikan
janjinya, terutama kesehatan gratis, sekolah gratis, mengatasi kemacetan lalu
lintas dan semuanya itu alternatif mengaktualisasikan pelayanan publik. Semua
itu nilai dan fungsi hidup yang dieemban. Bukan saja sebagai Gubernur KDKI
Jakarta semata, tetapi sebagai Khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana esensi
Islam menekankannya.
Wajar saja, manakala Jokowi dalam
melaksanakan kebijaksanaan pembangunan Jakarta, tidak terjadi penyimpangan yang
menimbulkan petentangan, permusuhan,persainngan,rebutan pengaruh dan kedudukan
para pembantunya yang notabene pejabat DKI Jakarta (PNS Daerah) dan kasak kusuk
calo jabatan.
Upaya pemantapan kebijaksanaan, sang
Gubeernur KDKI jakarta, membuka suasana baru, terutama sekali jabatan Walikota
dan Bupati. Penyegaran ini dengan mengangkat Walikota yang merupakan kekuatan
pelaksanaan kebijaksanaan Gubernur di masing-masing wilayah, karena ada
Walikota yang sudah pensiun. Kekosongan ini penting disisi secepatnya.
Alternatif ini makna konstruktif bagi suksesnya program Jakarta Baru. Kepala
Dinas sebagai oragnsiasi pendukung kebijaksanaan Gubernur, ada penyegaran,
sehingga dinamika pembangunan berjalan dengan baik.
Sebagai masukan, PNS yang tepat
menduduki jabatan strategis, bukan sekedar orang pandai saja. Tapi harus punyai
nilai lebih. Maksudnya, PNS Daerah yang dipercayalkan jabatan strategis, benar
benar manusia Indonesia yang memiliki pola pikir,pola sikap dan pola tindak
yang meliputi kelurusan,loyal, bersih jiwa dan tidak ABS (asal bapak senang).
Pejabat yang bisa diberikan amanah
memegang jabatan strategis di lingkungan Pemda DKI Jakarta, disamping
pengalaman kerja, dapat dinilai dari sisi lainnya, yaitu orang yang bersih
hatinya dari ambisi ambisi untuk mendapatkan pengaruh, kedudukan, kemegahan dan
kekuasaan. Ia korbankan segala yang dimilikinya, bahkan dirinya sekalipun bagi
perjuangan untuk mencapai tujuan, meraih jabatan strategis tersebut. Selain
itu, biasanya orang yang tidak didukung semangat moral, mengejar jabatan
strategis, manakala jabatan diraihnya, loyal ketika berada didepan Gubernur,
jauh dari Gubernur, jabatannya diaplikasikan untuk mencari kekayaan, kesenangan
hidup dan kemewahaan harta benda. Niasanya di Dinas teknis yang basah, yang
proyeknya banyak. Disini lobang untuk korupsi terbuka lebar. Orang seperti ini,
adalah pejabat pengecut dalam perjuangan mensejahterakan rakyat. Bahkan lebih
dari itu, amat takut kehilangan kedudukan dan jabatannya. Apabila orang seperti
ini dipercayakan memegang jabatan strategis di lingkungan Pemda DKI Jakarta,
,apabila menjadi pimpinan Walikota, Bupati, Kepala Dinas, dan jabatan stragis
l;ainnya, akan menimbulkan kemunduran dalam merealisasikan Jakarta Baru
Semoga masukan ini menjadi bahan
pertimbangan Gubernur KDKI Jakarta, Jokowi. Sehingga Jokowi teliti untuk
menentukan para pimpinan strategis DKI Jakarta yang menjadi pembantunya dalam
pembangunan kota Jakarta.
Selamat buat Gubernur KDKI Jakarta,
Jokowi dan Ahok, Wakil Gubernur KDKI Jakarta.
No comments:
Post a Comment